Bagaimana Saya Takut Menjadi Fakir, Sedangkan Saya Hamba Dari Yang Maha Kaya

 

Bagaimana Saya Takut Menjadi Fakir, Sedangkan Saya Hamba Dari Yang Maha Kaya 

Oleh:

Muhammad Mahrus Ali

Email: muh.mahrusf7@gmail.com

 

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Bismillahirrohmaanirrohiim Alhamdulillahirobbil ‘alamiin, ashsholatu wassalamu ‘ala nabiyil mursaliin wa ‘ala alihi washohbihi ajma’iin. Segala puji bagi Allah SWT. Yang menjamin rizki hambanya di dunia  hingga masuk liang lahatnya. Sholawat salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan untuk selalu bertawakal kepada-Nya.

Tulisan Ini membahas tentang asmaul husna الغَنِيُّ وَ اْلمُغْنِيُّ (Allah Maha Kaya Dan Memberi Kekayaan), tiada dzat lain untuk dimintai kekayaan selain kepada-Nya. Sesuai firman Allah SWT.:

وَلِلّٰهِ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى فَادْعُوْهُ بِهَاۖ  ١٨٠

Artinya: Allah memiliki Asmaulhusna (nama-nama yang terbaik). Maka, bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut  (Asmaulhusna) …  (Al-A’rof[7]:180)

Maka gunakanlah asmaul husna itu untuk meminta (berdo’a) untuk meminta rizki kepada-Nya. Dia yang memberi dengan berlimpah tanpa dapat dikira-kira dan menyediakan semua yang dibutuhkan. Dia memberikan kekayaan pada semua ciptaan-Nya tanpa terkecuali.



 

Pendahuluan

Asmaul husna الغَنِيُّ وَ اْلمُغْنِيُّ (Allah Maha Kaya Dan Memberi Kekayaan) sebagai penjamin atas keinginan akan kekayaan bagi makhluq-Nya, namun perlu diketahui bahwa kekayaan bagi manusia bukan hanya kaya akan harta saja. Lalu kalau bukan kaya akan harta, maka kaya akan apa? Itu pertanyaan yang umumnya muncul pada masyarakat umum. Maka dari itu perlu penjelasan yang akan penjelasan atas pertanyaan tersebut.

 

Pembahasan

Hal yang sangat lumrah bagi manusia adalah adanya keinginan untuk menjadi orang kaya, dan pada umumnya kekayaan yang diinginkan adalah kaya akan harta. Jikalau kaya akan harta dan diikuti kaya akan hati maka itu yang lebih baik. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW. Atas penjelasan kekayaan sebagaimana sabdanya:

 لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ  (رواه البخارى:6446)

HR al-Bukhari No 6.446 diatas dapat diartikan:

  1. Bukanlah kekayaan itu karena banyak harta, tapi kekayaan itu terletak pada jiwa
  2. Tidaklah kekayaan itu diukur dari banyaknya harta, tapi kekayaan itu terletak pada jiwa
  3. Tidaklah kekayaan itu dinilai dari harta, tapi kekayaan itu terletak pada kekayaan hati
  4. Bukanlah kekayaan itu lantaran banyak harta, akan tetapi kekayaan itu adalah kekayaan hati

Dari hadits dan penerjemahan di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwasanya kekayaan didunia ini tidak hanya terletak pada kekayaan materi bendawi saja, namun kaya akan hati yang dapat diartikan mempunyai empati terhadap sesama, mempunyai sikap yang santun kepada orang lain itupun juga sudah masuk kategori orang kaya. Apalagi jikakalau kita dapat kaya dengan harta plus kaya hati maka bisa jadi dunia bisa dikuasai akherat pun bisa dibeli (dengan cara sedekah kepada fakir miskin, anak yatim, berinfaq ke tempat ibadah lebih baiknya lagi ke madrasah dengan catatan harus ikhlas). Dengan bahasa kerennya saat ini adalah harta benda yang dimiliki digunakan untuk bertransaksi dengan Allah.

Sebetulnya bentuk transaksi dengan Allah juga tidak hanya dengan infak shodaqoh saja, namun juga dengan berdzikir kepada-Nya itu juga masuk kategori transaksi dengan Allah, namun yang menbedakan adalah tujuan dari dzikir itu sendiri. Sebagaimana difirmankan Allah SWT.

۞ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اَنْتُمُ الْفُقَرَاۤءُ اِلَى اللّٰهِ ۚوَاللّٰهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيْدُ ١٥

Artinya: Wahai manusia, kamulah yang memerlukan Allah. Hanya Allah Yang Mahakaya lagi Maha Terpuji (QS. Al-Fatir[35]:15)

وَاَنَّهٗ هُوَ اَغْنٰى وَاَقْنٰىۙ ٤٨

Artinya:bahwa sesungguhnya Dialah yang menganugerahkan kekayaan dan kecukupan (QS. An-Najm[53]:48)

Dari kedua ayat diatas sangatlah jelas bahwa kita sebagai hamba-Nya adalah makhluq yang fakir dan membutuhkan anugerah kekayaan hanya kepada Allah, bukan bergantung kepada yang lain.

 

Dalam kitab An-Nawadhir dikisahkan tentang anak yang merawat orang tuanya, didalam kisah tersebut sebagai bukti sekaligus penguat bahwa Allah SWT. Wajib bagi-Nya asmaul husna الغَنِيُّ وَ اْلمُغْنِيُّ (Allah Maha Kaya Dan Memberi Kekayaan).

Dari Uwais al-Yamani, Beliu bercerita:

Suatu ketika ada seorang bapak yang memiliki empat anak. Kemudian bapak itu jatuh sakit hingga akhirnya empat anak dari sang bapak itu urun rembuk (musyawaroh). Salah seorang dari empat bersaudara mengatur jalannya musywaroh, ia menjadi pimpinan musywaroh untuk tiga saudara yang lain.

"Bila kalian bertiga yang mengurusi Bapak maka harta termasuk warisan hak milik kalian akan habis untuk biaya. Dan bila aku seorang yang mengurusi ayah maka harta dan warisan hak milikku yang akan habis sebagai biaya Bapak" kata saudara pemimpin Tiga saudara yang menjadi pendengar, kompak memilih satu keputusan yang sama yaitu tidak mau mengurusi ayahnya. Sekarang tidak ada pilihan lain kecuali saudara yang menjadi pemimpin musyawaroh tadi yang mendapatkan tugas untuk merawat sang ayah. Singkat cerita, saudara pemimpin lah yang bersedia untuk mengurusi ayah mereka hingga sampai pada saat sang ayah dijemput oleh matinya. Dan ternyata benar, saudara itu tidak mendapatkan harta warisan sama sekali.

Tidak berjarak lama dari waktu kematian sang ayah, saudara pemimpin itu bermimpi. Di dalam mimpinya ada yang berkata;

"Berangkatlah ke tempat itu! Di situ ada uang sebanyak seratus Dinar yang tidak ada barokahnya! Ambillah uang itu!"

Esok harinya saudara pemimpin bercerita kepada istri tercinta bahwa tadi malam dalam mimpi ia disuruh pergi ke tempat harta seratus dinar oleh seseorang. Pucuk dicita ulam Pin tiba, sang istri merespon baik dan menyuruhnya agar lekas mengambil uang itu. Namun bagi sang suami harta tidak barokah saudara kembar dari susah, sang suami pun enggan untuk mengambil uang itu.

Di malam yang kedua, saudara pemimpin bermimpi lagi serta mendapat perintah yang sama lagi yaitu mengambil uang yang tidak barokah. Namun kali ini lelaki itu tidak diperintah untuk mengambil seratus Dinar melainkan sepuluh Dinar. Seperti hari kemaren, setelah ia berembuk dengan sang istri dan mendapatkan respon yang baik lagi lagi pilihan lelaki itu adalah tidak mau mengambil uang yang tidak ada nilai barokahnya.

Malam ini adalah malam yang ketiga bagi lelaki itu. Dia tidur dan untuk kali ketiga ia bermimpi lagi. Di dalam mimpinya sang lelaki mendapat wangsit untuk mengambil uang sebanyak satu Dinar. Tidak sembarang dinar, kali ini dinar yang dimaksud adalah dinar yang bernilai barokah. Ringkas cerita, di waktu pagi menjelang siang tanpa ada musyawaroh seperti hari kemaren lelaki itu langsung keluar rumah menuju tempat yang dituturkan dalam mimpi.

Agak lama ia berjalan, rupanya di tempat yang dimaksud itu tidak ada dinar sepeser pun kecuali hanya seorang penjual ikan yang nampak dihadapannya. Ada dua ekor ikan yang dibawa oleh si penjual dan akhirnya lelaki itu bertanya kepada penjual ikan.

"Berapa harga ingin kau jual dua ikan itu?"

"Satu dinar" kata si penjual.

Tidak pakasawar manawar, lelaki itu langsung membeli dus ikan tersebut dan membawa pulang ke rumah Sesampainya di rumah sang lelaki mengiris dua ikan yang baru saja la beli. Setelah diiris rupanya di dalam perut ikan terdapat permata. Tanpa banyak pertimbangan sang lelaki pun langsung membawa satu ikan yang berisi permata itu ke salah seorang petinggi desa (seperti demang atau kepala desa). Mengetahui hal itu petinggi desa langsung membelinya dengan harga yang sangat mahal. Namun tidak lama lagi sang petinggi desa berkata:

"Nampaknya kurang baik kalau kau hanya menjual satu permata saja. Maka ambillah yang satunya nanti akan aku beri harga yang sama dengan harga ikan yang pertama!"

Allah swt Maha Dermawan, Tuhan yang Maha Satu untuk seluruh manusia. Rejeki yang telah ditentukan tidak akan salah diberikan begitu pula rejeki yang mengalir dengan tidak terduga kepada lelaki itu. Siapa sangka perut ikan sumber berlian. Seperti ikan yang berada di tangan lelaki ini. Oleh kerena itu, setelah ia mendapatkan tawaran lagi dari petinggi desa dengan harga yang sangat mahal maka lelaki itu pun langsung bergegas mengambil ikan yang salunya. Sekembalinya di rumah sang petinggi desa akhirnya lelaki itu diberi uang yang sama nominalnya dengan harga ikan yang pertama.

Subhanallah!! Allah dzat yang maha kaya dengan kekayaan yang mutlak الغَنِيُّ وَ اْلمُغْنِيُّ (Allah Maha Kaya Dan Memberi Kekayaan). telah memberikan limpahan rizki kepada hambanya tanpa diketahui sebabnya seperti dalam cerita di atas. Lelaki itu hanya cukup dengan modal satu dinar saja lelaki itu mendapatkan kelipatan yang begitu banyak sebagai sebab akibat dari sifat dermawannya dalam mengurusi ayahnya dan sebab akibat dari mendahulukan memperoleh harta yang sedikit namun barokah.

 

Penutup:

Dengan adanya penjelasan sekaligus cerita dari uwais al-yamani ini, maka yakinlah bahwa Allah SWT. Menjamin rizky makhluq-Nya tanpa adanya kemamangan sedikitpun. Dan berserah dirilah Kepada Allah serta berkhusnudhonlah kepada Allah, maka Allah SWT. Akan mencukupi kebutuhan yang kita perlukan, karena Allah Maha Kaya dan Pemberi Kekayaan.

Sebagaimana janji yang telah difirmankan-Nya:

 وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا ٣

Artinya: Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu (QS. Ath-Tholaq[65]:3)

وَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗوَكَفٰى بِاللّٰهِ وَكِيْلًا ٣

Artinya: Bertawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah sebagai pemelihara.

وَكَفٰى بِاللّٰهِ وَلِيًّا ۙوَّكَفٰى بِاللّٰهِ نَصِيْرًا ٤٥

Artinya:  … Cukuplah Allah menjadi pelindung dan cukuplah Allah menjadi penolong (kamu) (QS. An-Nisa’[4]:45).

 

Wallahu a’lam bishowab, al-afwu minkum

Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh

 

 Daftar Pustaka

Alquran Dan Terjemah Kemenag RI 

Cerita Indah Di Balik Asmaul Husna, Ahmad Syafii Abdillah Dan Muhammad Fathul Ilah,  Penerbit Santri Salaf Press,  Cetakan Pertama Ma 2015

An-Nawadir,  Ahmad Sihabudin Bin Salamah Al-Qulyubi, Penerjemah Awy Amru, Cetakan Pertama, Diva Press, 2015

Risalah Qusyairiyah,  Abdul Kosim Abdul Karim Hawazin Al Qusyairi Anisa Buri, Pustaka Amani Cetakan Kedua 2007 

 

0 Komentar